Ilmu pengetahuan sosial

Ilmu sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan Manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan Humoria karena menekankan penggunaan Metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan Ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekoah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
Peranan:
Dalam upaya menjawab permasalahan pembangunan bangsa peningkatan peranan iptek semakin menjadi perhatian di berbagai negara maju. Masyarakat ilmiah/akademik di negara - negara  maju  kini memberikan perhatian yang makin besar pada riset dan pengembangan iptek yang berpola lintas dan trans-disiplin, yang melibatkan disiplin ilmu kealaman, rekayasa, ekonomi, politik, hukum dan ilmu-ilmu kemanusiaan. Penekanan pada riset yang berpola lintas/trans-disiplin ini ditujukan pada peningkatan mobilitas ‘kapital intelektual’ masyarakat, sehingga membawa perubahan menuju masyarakat berberbasis pengetahuan.

Peran ilmu dan riset sosial kemanusiaan  sangat diperlukan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Teknologi  suatu proses dimanapun akan sama, akan tetapi teknologi itu tidak akan dapat bermanfaat dan dapat diterima didaerah  dan masyarakat yang berbeda. Oleh karena itu, peran ilmu dan riset sosial kemanusiaan sangat diperlukan sehingga teknologi yang ditemukan dan yang akan dikembangkan  dapat mempunyai nilai manfaat yang maksimal dan dapat diterima oleh masyarakat setempat sesuai dengan situasi, kondisi, budaya dan sosial masyarakat setempat.

“Perkembangan penemuan dan hasil  riset  bidang teknologi yang cepat tanpa melibatkan kajian dan riset-riset sosial  dan kemanusiaan tidak akan bermanfaat secara maksimal”. Ujar Deputi Bidang Perkembangan Riset Iptek, Mohammad Nur Hidayat. Menurut M Nur Hidayat, dengan melaksanakan seminar “Ilmu Sosial dan Kemanusiaan dalam Pengembangan Iptek: Teori, Riset dan Kebijakan” , ada kesinambungan antara teori dan riset dalam merumuskan suatu kebijakan dalam pengembangan Iptek di Indonesia yang  hasilnya  nanti dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh masyarakat.

Lebih lanjut, M Nur Hidayat, mengatakan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang peran ilmu dan riset sosial kemanusiaan dalam realita  hubungan antara teori, dan riset yang dilakukan dan perlu dilakukan dalam keterkaitannya dengan perumusan kebijakan untuk mengembangkan Iptek di Indonesia sesuai Pasal 31 ayat 5 UUD-45 hasil amandemen ke-4 berbunyi bahwa Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejaheraan umat manusia.
“Untuk mewujudkan apa yang ingin dicapai bangsa Indonesia di bidang IPTEK, maka pembangunan bidang Iptek di masa yang akan datang perlu lebih beorientasi pada upaya mensejahterakan rakyat dan membangun peradaban bangsa. Pembangunan ini berkaitan dengan kegalauan para peneliti bidang sosial dan kemanusiaan tentang program insentif di bawah Kementerian Negara Riset dan Teknologi bahwa program insentif harus berhubungan dengan 6 bidang fokus Ristek yaitu bidang teknologi energi,  ketahanan pangan, teknologi transportasi, teknologi pertahanan  dan keamanan, dan obat-obatan dan kesehatan” ujar Sekretaris Menteri Negara Ristek, Benyamin Lakitan saat membacakan  sambutan Menteri Negara Ristek.
Seminar yang dihadiri oleh sekitar 100 orang yang berasal berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia menyimpulkan beberapa usulan yang perlu perhatian diantaranya : bahwa penelitian bidang iptek dari perspektif sosial kemanusiaan masih kurang mendapat perhatian karena para peneliti sosial dalam melakukan penelitiannya bersifat disipliner; pengembangan iptek dan ilmu sosial kemanusiaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Teknologi tidak akan berarti tanpa melibatkan keberadaan manusia sebagai makluk sosial, sebagai subyek dan sekaligus sebagai pengguna teknologi;  dalam konteks sosial, terlihat adanya basis fisiologis terhadap persoalan pemilihan teori karena observasi empiris tidak dapat menetapkan secara logistik pemilihan teori-tori saintifik. Fakta saintifik bukan entitas yang sepenuhnya obyektif tetapi juga merupakan fakta sosial; Dalam konteks teknologi, persoalannya adalah bahwa fungsi artifak teknologi tidak ditentukan oleh struktur fisisnya. Struktur fisis dapat mempunyai fungsi bervariasi dan bahkan mempunyai fungsi yang sama, sehingga artifak teknologi bukan sepenuhnya entitas material tetapi juga entitas sosial. Dalam konteks kebijakan, masalah kebijakan iptek bukanlah memberikan solusi melainkan memperkaya artikulasi fenomena dan mempromosikan pembelajaran kolektif.
Lalu untuk mendapatkan keberhasilan dalam fungsinya, para periset dalam melakukan kegiatannya bisa   melakukan 3 (tiga) pendekatan yang esensi yaitu melalui : 1) Paham positif (positivism), 2) interpretasi ilmu sosial ( interprtative social science, dan 3) kritikal ilmu sosial (critical social science); para periset sosial diharapkan memprioritaskan topik risetnya pada : 1) Riset teori yang relevan secara empiris terutama yang berkaitan dengan a) Dinamika politik lokal, b) identitas dan batas – batas negara dan c) integrasi nasional. 2) Riset yang berorientasi pada kebijakan terutama yang terkait dengan a) Perajutan kebangsaan dalam pilar birokrasi, b) pekerja migran dan c) pola pemukiman.
Selanjutnya Iptek dapat diwujudkan menjadi hal yang berdayaguna jika dapat dimanfaatkan secara memadai oleh manusia sebagai makluk sosial. Karena itu iptek perlu disinergikan dengan aspek manusia dan masyarakatnya.  Dengan kata lain Sosioteknologi merupakan suatu sudut pandang yang perlu diperhatikan tanpa pengecualian; Perlu adanya satu  bidang Sosial dan Kemanusiaan di Kementerian Riset dan Teknologi yang lebih berperan dan terakhir Teknologi diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat oleh karena itu bukan Masyarakat yang harus menyesuaikan adanya teknologi tetapi harus teknologi yang diciptaakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan kesejahteraan.
Seminar yang diprakarsai oleh Asisten Deputi Urusan Perkembangan Ilmu Sosial & Kemanusiaan, Deputi Bidang Perkembangan Riptek KNRT, Vemmie D. Koswara, merupakan bagian dari program dan kegiatan tahun 2009, yang diselenggarakan pada tanggal  18 November 2009, di Ruang Komisi Utama BPPT. Hadir sebagai pembicara Daniel Sparringa dengan topik “Teori Sosial. Riset dan Realita dalam Perkembangan Iptek”, Sony Yuliar dengan topik “Peran Ilmu Sosial dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi” dan Tamrin Amal Tomagola dengan topik “Pengembangan Ilmu dan  Riset Sosial Kemanusiaan Dalam Perspektif Kebijakan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar